Selasa, 16 Oktober 2012

HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH



MAKALAH
HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH

DI
SUSUN
S
U
S
U
N

OLEH :
  KELOMPOK 4
                                                                         KETUA          : IRWANDA
             ANGGOTA   : FITRI SAFRIDA INTAN
        - FITRI JULIANI
        - KHADIJAH
        - M. RIZAL                                 



SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI
KECAMATAN TANAH JAMBO AYE
KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN PELAJARAN
2012-2013


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur terpanjat kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis bisa membuat makalah ini. shalawat dan salam tak lupa terpanjat ke jungjunan alam yakni Nabi Muhammad SAW, dan juga kepada para sahabat, tabi’in dan umat muslim yang senantiasa meneguhkan hatinya dalam ajaran agama Islam.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, semoga amal baik semua bisa di balas Allah SWT.
Tak ada gading yang tak retak, itulah ungkapan bagi isi maupun redaksi dari makalah ini. oleh karena itu penulis membuka hati atas saran dan kritik dari semuanya.


                                 Panton Labu, 10 Oktober 2012
                                                                                                                                 Penulis,




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Iman merupakan sumber kekuatan dalam diri seorang muslim. Seorang itu akan dapat merasakan betapa manisnya iman apabila ia redha Allah sebagai tuhannya,islam sebagai cara hidup dan Muhammad SAW sebagai panutannya. Jika keseluruhannya telah di amalkan dalam perkataan,perbuatan dan hati maka seseorang itu akan merasakan betapa manisnya Iman.
Hilangnya nilai keimanan dalam jiwa seeorang itu apabila ia menyembah selain dari pada Allah.Mereka yang telah binasa imannya sampai kelembah kehancuran adalah mereka yang menjadikan sekutu bagi Allah. Tetapi orang yang berimantetap teguh dengan pendiriannya bahwa yang berhak di sembah adalah Allah semata dan adapun orang –orang yang mengikuti hawa nafsunya mereka akan sesat sejauh-jauhnya dan tidak memperoleh pimpinan Allah,akhirnya mereka akan menjadi umat yang merugi dan menyesal di akhirat kelak.



BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH

A.  Pengertian iman kepada Allah
  1. Makna Iman Kepada Allah
Iman menurut arti bahasa adalah percaya, sedangkan menurut istilah syara yaitu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengerjakan dengan segenap anggota badan. Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt itu ada, Allah Maha Esa . Sebagai perwujudan dari keyakinan itu harus diikuti dengan perbuatan, yakni menjalankan segalah perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Beriman kepada Allah Swt berarti kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah lah Tuhan langit dan bumi, pencipta semua makhluk dan penguasa seluruh alam. Tidak ada sekutu bagiNya, Dia satu-satunya Tuhan pemberi rezki kepada semua makhluk yang hidup dan pengendali segala urusan.
Sebagai perwujudan dari keyakinan akan adanya Allah adalah dengan pengabdian kita kepadaNya. Pengabdian kita kepada Allah adalah pengabdian dalam bentuk peribadatan, kepatuhan, dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah, dan tidak pula mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain. Itulah  keimanan yang sesungguhnya, jika sudah demikian Insya Allah hidup kita akan tenteram. Firman Allah Swt
‘’(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Apabila hati dan jiwa sudah tenteram, maka seseorang akan berani dan tabah menghadapi liku-liku kehidupan ini, dan segala nikmat selalu disyukurinya. Sebaliknya setiap musibah dan kesusahan selalu diterimanya dengan sabar.
Pada hakekatnya kepercayaan kepada Allah sudah dimiliki manusia sejak ia dilahirkan, bahkan manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt sejak ia berada dialam arwah.
Firman Allah Swt :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",
Manusia memiliki kecenderungan untuk berlindung kepada sesuatu yang Maha Kuasa. Ia adalah Zat yang mengatur alam semesta ini. Akal sehat tidak akan menerima jika alam semesta yang sangat luas dan teramat rumit ini diatur oleh Zat yang kemampuannya terbatas. Sekalipun manusia sekarang ini sudah dapat menciptakan teknologi yang sangat canggih, namun manusia tidak akan dapat mengatur alam raya ini. Dengan kecanggihan teknologinya manusia tidak akan dapat menghentikan  sedetikpun bumi untuk berputar. Jika demikian, siapakah Zat yang Maha Pencipta dan pengatur itu ? Dialah Allah Swt.

  1. Cara beriman kepada Allah Swt
Iman kepada Allah merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah merupakan pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah harus tertanam dengan benar pada diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah tidak tertanam dengan benar, maka ketidak benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari kiamat serta qadha dan qadarNya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan.
Dimasyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seseorang yang tidak sesuai dengan ajaran islam, padahal ia mengaku beragama islam. Misalnya datang kemakam para wali atau kyai untuk meminta keselamatan, keberuntungan dan sebagainya. Hal tersebut merupakan penyimpangan beribadah, akibat dari cara-cara yang salah dalam beriman kepada Allah SWT.

Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus, ada dua cara beriman kepada Allah, yaitu :
a.       Bersifat ijmali
Cara beriman kepada Allah yang bersifat ijmali maksudnya adalah,bahwa kita mempercayai secara umum atau secara garis besar. Alquran telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah.
b.      Bersifat tafshili
Cara beriman kepada Allah yang bersifat tafshili, maksudnya adalah mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhlukNya. Merupakan anugrah Allah atas diri kita bahwa Ia telah memperkenalkan diriNya melalui ayat-ayat alquran. Ia memperkenalkan diri bahwa Ia memiliki sifat-sifat kesempurnaan yang luhur.
3.      Dalil-Dalil Tentang Iman Kepada Allah
Firman Allah SWT:
“Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad SAW), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh tersesat. QS. an-Nisaa’ (4): 136”.
Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. QS. al-Baqarah (2): 163.
Allah itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada selain-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Bukankah tidak ada orang yang memberikan syafaat di hadapan-Nya jika tidak dengan seizin-Nya? Ia mengetahui apa yang di hadapan manusia dan apa yang di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sedikit jua pun tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Pengetahuannya meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk itu tidak berat bagi-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. al-Baqarah (2): 255.
Dialah Allah, Tuhan Yang Tunggal, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui perkara yang tersembunyi (gaib) dan yang terang Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak tidak ada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci, yang sejahtera yang memelihara, yang Maha Kuasa. Yang Maha Mulia, Yang Jabbar,lagi yang Maha besar, maha Suci Allah dari segala sesuatu yang mereka perserikatkan dengannya. Dialah Allah yang menjadikan, yang menciptakan, yang memberi rupa, yang mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Semua isi langit mengaku kesucian-Nya. Dialah Allah Yang Maha keras tuntutan-Nya, lagi Maha Bijaksana. QS. al-Hasyr (59): 22-24
Dalam Surat Al-Ikhlash, yang mempunyai arti:
“Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia.” QS. al-Ikhlash (112): 1-4.
Sabda RasululIah SAW:
“Katakanlah olehmu (wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam): Saya telah beriman akan Allah; kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Taisirul Wushul, 1: 18).”
“Manusia yang paling bahagia memperoleh syafaat-Ku di hari kiamat, ialah: orang yang mengucapkan kalimat La ilaha illallah. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12).”
Barangsiapa mati tidak memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk surga. Dan barangsiapa mati tengah memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12.

B. Hikmah Percaya Kepada Allah
Orang – orang yang beriman kepada Allah swt dengan kesungguhan hati dengan tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya, maka Allah akan memberikan kemuliaan kepada mereka baik didunia maupun diakhirat.
Adapun kemuliaan didunia itu meliputi :
1.      Hatinya tenang, tidak goyah atau terombang ambing oleh ajakan nafsu jahat atau orang yang akan menyesatkan. Firman Allah dalam Alqur’an surat Ar ra’d ayat 28.

Artinya : “ orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

2.      Orang yang berimman akan selalu mendapat bimbingan dari alahh swt, oleh karena itu apa yang dilakukannya adalah perbuatran-perbuatan baik dan terpuji
3.      Orang yang beriman meiliki sikap dan jiwa sosial, menyayangi anak yatim, menyantuni fakir miskin, dan mengahrgai sesama orang lain.
4.      Orang yang beriman akan selalu Melakukan amalan-amalan saleh, rendah hati, kasih sayang terhadap sesame manusia, bahkan terhadapsemua makhluk ciptaan tuhan, baik hewan atau tumbuh-tumbuhan.
5.      Allah akan memasukkan orang yang berimanb kedalam surga sebagai rahmatnya dana pahala atas ketaatan serta kepatuhannya selama hidup didunia firman Allah swt dalam surat Al Maidah ayat 9
Artinya : “Allah Telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”





BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Iman kepada Allah merupakan dasar dari seluruh ajaran islam dan merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman.Karena itu,keimanan harus tertanam dengan benar pada diri seseorang di mana ia menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Nya.

B.   Saran
Penulis yakin bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan oleh sebab itu penulis meminta kritik dan saran nya yang bersifat membangun sehingga adanya perubahan kedepan.Dan penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca pada umumnya dan bagi diri penulis sendiri pada khususnya.




DAFTAR PUSTAKA

o       M.Isa salamat “Sifat 20”Darul Nu’man : Kuala Lumpur 2002
o       Departemen Agama RI “Akidah Akhlak” Jakarta 1996
o        Abu Ahmadi dkk “Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam” Bumi Aksara :     Jakarta 1996
o       Jamal Syarif Iberani “Mengenal Islam” El-Kahfi :Jakarta 2004
o       Rahmad Syafe’I “Al-Hadis Akidah dan Akhlak Pustaka Setia : Bandung  2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

    • Popular
    • Categories
    • Archives