MAKALAH
PUASA DI BULAN RAMADHAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa
merupakan salah satu dari rukun islam kita sebagai umat muslim wajib
menjalankan puasa Ramadhan saya menuliskan tema puasa ini agar kita lebih
mengerti apa puasa itu dan semoga kita menjadi penguasa diri kita sendiri
dengan berpuasa. Ramadhan merupakan bulan dimana kita harus dapat mengendalikan
diri kita,hal yang utama yang harus kita lakukan dalam pelaksanaan puasa
ramadhan adalah kita harus menjadi penguasa dan raja bagi diri kita sendiri
kita harus benar-benar mengendalikan menurut aturan Ilahi yang berlaku. Kalau
berbicara harus kita kendalikan demikian juga dengan mata semuanya harus kita
kendalikan dengan baik. Mungkin kadang ada bertanya kenapa kita tetap sengsara,
atau mengapa hidup kita gelisah dan tidak tenang ? jawaban yang tepat adalah
karena kita tidak dapat mengendalikan diri kita sendiri.
Pada
bulan Ramadhan ini kita harus seperti kepongpong masuk seperti ulat berbulu
yang ditakuti dan menjijikan dan keluar sebagai kupu-kupu yang indah yang
begitu disenangi banyak orang, yang dapat kita artikan sebusuk dan sekotor
apapun diri kita ,setelah menjalankan ibadah puasa ini kita harus menjadi orang
yang memiliki kepribadian yang indah dan bermanfaat bagi dirikita sendiri dan
orang lain.Di bulan suci Ramadhan inilah kesempatan yang baik untuk megembleng
diri agar menjadi terindah dan terbaik. Rasulullah mensinyalir,umat islam akan
banyak melaksanakan puasa ,hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.
Bagai
mana menurut ada apakah ini benar? Kalau Rasulullah sudah mensinyalir demikian
memang demikian keadaannya karena semua yang dikatakan dan dilakukan Rasulullah
semua itu benar adanya dan tidak ada yang salah .Perkembangan pada saat ini
apakah sesuai dengan sinyalemen Rasulullah tadi? Ibadah puasa umat islam pada
saat ini Alhamdulillah sudah agak meningkat ternyata mereka mulai sadar ,mereka
sadar bahwa ibadah puasa ini tidaklah sebuah tradisi saja melainkan sebuah
jalan untuk meningkatkan keimanan.
B.Tujuan Penulisan
1)
Memahami Pengertian puasa
Puasa
tidak hanya menahan diri dari makan dan minum tapi harus menahan diri dari
hal-hal yang akan merusak pahala puasa bitu sendiri ibadah puasa yang pokok
adalah “menahan makan,minum,dan hawa nafsu mulai terbitnya matahari hingga
terbenamnya matahari” akan tetapi kita juga harus menahan nafas,bibir,mata, dan
semua anggota badan kita dari hal-hal yang akan mebatalkan puasa.
C. Rumusan Masalah
1). Apa
pengertian dari Puasa dibulan Ramadhan.
2). Bagaimana
Kewajiban Berpuasa di bulan ramadhan bagi umat muslim.
3).
Dengan sebab kita berpuasa apa saja yang jadi Keutamaan-Keutamaan Puasa Dan Keutamaan Bulan Ramadhan
4). Apa sebab-sebab bagi umat muslim yang
dapat membatalkan puasa.
5). Jelaskan Masalah Lingkungan
Sehari-hari dalam bulan Ramadhan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN
PUASA DI BULAN RAMADHAN
A. Puasa Di Bulan Ramadhan
1. Pengertian Puasa
Puasa menurut bahasa adalah “manahan diri”
dan kalau menurut istilah “adalah ‘menahan diri dari hal-hal yang
membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat’.
Puasa di bulan
ramadhan adalah puasa fardhu, puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan
ketentuan syariat Islam, yang
ini wajib dilakukan oleh umat islam. Puasa, merupakan satu cara untuk
mendidik individu dan masyarakat untuk tetap mengontrol keinginan dan
kesenangan dalam dirinya walaupun diperbolehkan. Dengan berpuasa seseorang
dengan sadar akan meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan
segala nafsu dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun mungkin terasa
berat melakukannya.
Puasa juga
merupakan kewajiban yang konkret sebagai pembina suatu kebersamaan dan kasih
sayang antar sesama. Sesama orang Islam akan merasakan lapar, haus, kenyang,
dan sulitnya menahan emosi dan amarah diri. Puasa dalam satu bulan, seharusnya
dapat membawa dampak positif berupa rasa solidaritas dan kepedulian antar
saudara, rasa kemanusiaan yang mendalam atas penderitaan sesama manusia.
Perasaan sama-sama lapar, haus, kesabaran yang lebih, dan kesucian pikiran juga
kata-kata, mampu membuat manusia memiliki rasa kebersamaan dalam masyarakat,
dan menghasilkan cinta kasih antar sesama tanpa memandang latar belakang, warna
kulit dan lain sebagainya.
2.
Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang
diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukmin dan merupakan salah satu dari
Rukun Islam yang Lima, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam Alquran dan
as-Sunnah serta ijmak kaum muslimin.
a).
Dalil dari Alquran:
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika
di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang
lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. (Al-Baqarah, 2:183-185).
b). Dalil dari as-Sunnah:
1. Hadits Thalhah bin
Ubaidullah. Beliau berkata,
Seorang arab pedalaman datang
kepada Nabi e dalam keadaan kusut rambutnya – dan terdapat – laki-laki itu,
‘Beritahulah aku apa yang diwajibkan atasku dari puasa.’ Rasulullah menjawab,
‘Ramadhan, kecuali kalau engkau ingin tambahan.’ (Riwayat al-Bukhariy dan
Muslim).
2. Hadits Ibnu Umar. Beliau
berkata, Rasulullah bersabda,
Islam dibangun di atas lima
perkara, yaitu: syhadatain, menegakkan solat, menunaikan zakat, haji ke
Baitullah, dan puasa bulan Ramadhan. (Riwayat al-Bukhariy).
3. Dalil dari Ijmak kaum
muslimin:
Kaum muslimin telah
menyepakati kewajiban puasa Ramadhan sejak dahulu sampai sekarang.
3. Keutamaan-Keutamaan Puasa Dan Keutamaan
Bulan Ramadhan
a). Keutamaan
Puasa
Telah ada perintah yang
menunjukkan bahawa puasa merupakan satu ibadah yang dapat mendekatkan diri
pelakunya kepada Allah. Di samping itu, telah dijelaskan
keutamaan-keutamaannya, di antaranya adalah yang terkandung dalam firman Allah
:
Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar. (Al-Ahzab, 33:35).
Dan juga firman Allah :
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. (Al-Baqarah,
2:184).
Rasulullah sendiri telah
menjelaskan keutamaan puasa dalam hadits-haditsnya yang sahih, antara lain
adalah:
1). Puasa merupakan benteng
atau perisai sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah:
Wahai para pemuda, barangsiapa
di antara kamu yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaknya dia
menikah kerana nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.
Sedang barangsiapa yang tidak mampu, maka seharusnya dia berpuasa kerana puasa
itu adalah benteng atau perisai baginya. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim dari
hadits Ibnu Masud).
Hadits ini menjelaskan bahawa
puasa dapat mengekang syahwat dan memperlemahnya, sehingga dia bisa menjadi
perisai seorang muslim dari syahwat dan hawa nafsu – dua hal yang selalu
menggiring manusia ke neraka Jahannam. Oleh karena itu, Nabi bersabda dalam
hadits yang lain,
Tidaklah ada seorang hamba
yang berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan
wajahnya dengan puasanya itu dari api neraka (sepanjang perjalanan) tujuh puluh
tahun. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim dari hadits Abu Sa’id al-Khudriy).
2). Puasa dapat memasukkan
pelakunya ke dalam syurga, sebagaimana hadits Abu Umamah bahawa beliau pernah
berkata kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amalan
yang dapat memasukkan diriku ke dalam syurga. Beliau menjawab,
Berpuasalah, tidak ada yang
seperti puasa. (Riwayat an-Nasaiy, Ibnu Hibban, dan al-Hakim dengan sanad yang
sahih).
3). Orang yang berpuasa itu
mendapat dua kebahagiaan, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah ,
beliau berkata, Rasulullah bersabda:
Allah berfirman, ‘Semua amalan
Bani Adam untuknya, kecuali puasa, maka itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang
membalasnya.’ Puasa itu perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa pada
satu hari, maka janganlah berkata-kata kotor dan keji. Jika ada orang yang
mencelanya dan menyakitinya, hendaklah dia berkata, ‘Aku sedang berpuasa.’ Demi
Zat Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu
lebih wangi di sisi Allah daripada wangi misik. Orang yang berpuasa itu
memiliki dua kebahagiaan yang membahagiakannya, yaitu jika berbuka, dia
berbahagia, dan jika berjumpa dengan Rabnya dia berbahagia dengan puasanya.
(Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).
4). Pahala
orang yang berpuasa dilipat-gandakan, dan
5). Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik
di sisi Allah daripada wangi misik.
6). Orang-orang yang berpuasa diberikan pintu
khusus di surga yang diberi nama ar-Rayyan, sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah ,
Sesungguhnya di dalam surga
terdapat pintu yang dinamakan ar-Rayyan. Masuk dari pintu itu orang-orang yang
berpuasa pada hari kiamat; tidak masuk dari pintu itu seorangpun selain mereka.
Kalau mereka semua telah masuk (ke dalam surga), maka pintu itu ditutup
sehingga tidak dapat lagi seorangpun masuk melaluinya. Maka jika telah masuk
orang yang terakhir dari mereka, pintu itupun ditutup. Barangsiapa yang masuk,
akan minum, dan barangsiapa yang minum tidak akan haus selamanya. (Riwayat
al-Bukhariy dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudriy).
b). Keutamaan Bulan Ramadhan
1). Bulan Ramadhan adalah
bulan Alquran kerana Alquran diturunkan pada bulan tersebut sebagaimana yang
difirmankan Allah dalam surat Albaqarah ayat 185:
(Beberapa hari yang ditentukan
itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Kerana itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
hendaklah dia berpuasa.Dalam ayat di atas, bulan Ramadhan dinyatakan sebagai
bulan Alquran diturunkan, kemudian pernyataan tersebut diikuti dengan perintah
yang dimulai dengan huruf –yang berfungsi menunjukkan makna ‘alasan dan sebab’–
dalam . Hal itu menunjukkan bahwa sebab dipilihnya bulan Ramadhan sebagai bulan
puasa adalah karena di dalamnya diturunkan Alquran.
2). Dalam bulan ini, para
setan dibelenggu, pintu neraka ditutup, dan pintu surga dibuka sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah,
Jika datang bulan Ramadhan
dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu para
setan. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).
Oleh kerana itu, kita dapati
dalam bulan ini sedikit terjadi kejahatan dan kerosakan di bumi kerana sibuknya
kaum muslimin dengan berpuasa dan membaca Alquran serta ibadah-ibadah yang
lainnya; dan juga dibelenggunya para setan pada bulan tersebut.
3). Di dalamnya terdapat satu
malam yang dinamakan lailatul qadar, satu malam yang lebih baik daripada seribu
bulan sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Qadr.
4. Menjelaskan Hal-Hal Yang Mebatalkan Puasa
a. Makan
dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.
b. Jima’
(bersenggama).
c. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk
dalam hal ini adalah suntikan yang mengenyangkan dan transfusi darah bagi orang
yang berpuasa.
d. Mengeluarkan
mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab lainnya
dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena
keluarnya tanpa sengaja.
e. Keluarnya
darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas
batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum terbenam
matahari.
f. Sengaja
muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut melalui mulut. Hal
ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
”Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan : “Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya).” DiriwayatRan oleh Al-Harbi dalamGharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu’ dan dishahihRan oleh AI-Albani dalam silsilatul Alhadits Ash-Shahihah No. 923.
”Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan : “Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya).” DiriwayatRan oleh Al-Harbi dalamGharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu’ dan dishahihRan oleh AI-Albani dalam silsilatul Alhadits Ash-Shahihah No. 923.
g. Murtad
dari Islam (semoga Allah melindungi kita darinya).
Perbuatan ini menghapuskan segala amal kebaikan. Firman Allah Ta’ala:
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan. “(Al-An’aam:88).
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa
karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika tenggorokannya
kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja. Jika wanita nifas telah suci
sebelum sempurna empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi, shalat dan
berpuasa.
B. Lingkungan Sehari-Hari Dalam Bulan Ramadhan
Ramadhan
merupakan sebuah media pendidikan . Di bulan inilah, kita belajar menjadi sosok
yang ulung sebagai controller dalam segala hal. Selain itu,
bulan ini memang pantas kita jadikan madrasah besar sebagai sarana
memperbaharui ibadah, meningkatkan kualitas diri serta membelenggu diri dari
hal-hal yang haram bahkan makruh sekalipun, demi berlomba – lomba memperoleh
derajat muttaqin yang kaffah. Seorang ahli dakwah pernah mengatakan, di
samping mengajarkan kita mengendalikan diri, selama bulan puasa umat islam juga
dilatih kedisiplinan. Keterampilan dan kedisiplinan yang diperoleh selama bulan
ramadhan sejatinya membekas dan menjadi bekal dalam menjadi kehidupan dalam
sebelas bulan lainnya, sehingga puasa seseorang benar – benar bermutu, bukan
puasa soh (kosong). Mediator keterampilan yang paling dekat
adalah ketika memenuhi undangan berbuka puasa, karena waktu berbuka adalah satu
waktu maka tidak ada alasan untuk datang agak sedikit telat. Sungguh,
kedisiplinan tersebut merupakan hal yang perlu dipertahankan bukan hanya dalam
menghadiri undangan bubar di bulan ramadhan, tapi juga perlu dibangun kesadaran
memenuhi undangan di luar bulan ramadhan seperti rapat, mengumpulkan tugas, dan
sebagainya. Sebab, sudah semestinya semua kepatuhan yang telah dipraktikkan di
dalam bulan suci ramadhan juga harus direalisasikan di dalam kehidupan sehari –
hari ( di luar bulan ramadhan).
Esensi
makna puasa terdapat aturan utama bagi umat Islam, yaitu dilarang makan, minum,
merokok, dan segala hal lainnya yang dapat membatalkan puasa dari mulai
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Aturan – aturan tersebut sanggup
diikuti dan dijalankan oleh umat Islam selama bulan puasa, umat Islam rela
meninggalkan rasa kantuknya sejenak untuk memenuhi sahur dan langsung berhenti
makan ketika waktu imsak telah tiba, meski secara lahiriah tidak ada yang
mengawasi.
Kita
juga mengamati suasana di sore hari, mulanya jalanan sangat padat untuk
sekedar ngabuburit atau membeli penganan berbuka puasa. Namun,
menjelang waktu berbuka tiba maka jalanan pun sepi. Hal ini menandakan umat
Islam sangatlah disiplin dalam bulan ramadhan. Refleksi kedisipinan yang
diterapkan umat islam di bulan ramadhan patut diacungi jempol, ini menandakan
sebuah kemajuan bangsa yang sangat nyata jika dibandingkan tingkat kedisiplinan
di luar bulan ramadhan.
Kita
juga menyadari semua tindakan kita secara lahiriah selalu dikaitkan dengan
maraknya bulan ramadhan. Betapa tidak, kebanyakan dari kita yang suka menerobos
lampu merah jalanan sedikit bersabar dan menunggu sejenak lantaran khawatir
dengan nilai puasa yang tergadaikan. Hiruk pikuk dari bulan ramadhan yang penuh
beragam kelebihan yang tidak dimiliki bulan lain inilah memang mendikte dan
melatih kita agar bersikap protektif dan membangun kredibilitas diri kita.
Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap
perbuatan, terutama yang mengandung dosa. Di bulan ramadhan kita berpuasa, kita
menahan lapar dan dahaga. Bukan itu saja, tetapi juga menahan segala yang dapat
membatalkan puasa, juga segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang
dapat menimbulkan dosa. Sehingga di dalam bulan ramadhan kita dapat terbiasa
dan terlatih untuk menghindari dosa-dosa kita agar kita senantiasa bersih dari
perbuatan yang dapat menimbulkan dosa.
Latihan
ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga
dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing,
berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain
sebagainya.Sudah seharusnya kita patut bersyukur bahwa tanpa terasa seluk –
beluk kehidupan berjalan sangatlah cepat. Kita telah mampu merasakan kembali
bulan suci ramadhan yang belum tentu semua orang mampu merasakannya dikarenakan
faktor – faktor yang dibawah kuasa-Nya. Konsep membangun kredibilitas yang
telah dicontohkan Rasulullah saw, seperti sifat shiddiq (benar), amanah
(terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathanah (cerdas) bisa kita mulai
realisasinya dalam bulan suci ramadhan ini, mengingat momentum untuk memulai
mengimplementasikannya sangatlah relevan dan kondusif.
Membangun
kredibilitas diri juga erat kaitannya dengan kecerdasan yang identik dengan
ilmu pengetahuan, tentunya di bulan ramadhan kitab suci Al-Qur’an sudah
seharusnya menjadi pegangan mutlak yang ditelusuri kandungannya dan
direalisasikan dalam sepanjang hidupnya. Orang yang berilmu dan berwawasn luas
dianggap mempunyai kecerdasan intelektual. Hal ini belumlah cukup tanpa
dibarengi dengan kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan menerjemahkan tanda –
tanda alam yang merupakan pemberian Allah dalam pikiran, sikap dan perilaku.
Selanjutnya, kecerdasan emosional juga sangat urgen untuk diperlukan dalam
membangun kredibilitas, seperti sabar, tidak egois dan sombong, tenang , tidak
gegabah serta mampu mengendalikan emosi dan sikap. Nah, uraian di atas
sangatlah jelas menggambarkan nilai bulan ramadhan begitu edukatif untuk
mendidik bangsa.
Bulan
Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan. Di
bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat
yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tujuan puasa adalah untuk
melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar
bulan ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya
gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi, kita terbiasa berorientasi
kepada tujuan dalam melakukan segala amal ibadah.
Bulan
Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah.
Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil
pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan
ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat
dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat
bernilai ibadah. Bulan ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan
sederhana. Setiap hari kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa. Dari
sekian banya kue dan minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas teh buatan
kita sendiri yang diminum. Yang lain banyak tertinggal dan sebagian terbuang
keesokan harinya.
Hal
ini menyadarkan kita, bahwa apa yang kita beli banyak-banyak sebelum berbuka,
hanyalah hawa nafsu saja. Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis! Mengapa
kita harus membeli banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya tidak kita
makan? Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang
dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita sedekahkan bagi
yang lebih membutuhkan melalui cara apapun.
Kita
mesti berupaya agar ritualitas dan rutinitas puasa ramadhan memberi dampak
kedisiplinan dalam kehidupan sehari – hari. Di samping beragam aktivitas
yang dilakukan secara berkala, seperti membaca Al- Qur’an, bersedekah dan
lainnya, rutinitas yang dijalankan dalam bulan ramadhan memang kita akui
sangatlah teratur dan tertata sangat tertib, sehingga membuat kita menyadari
bahwa ramadhan adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, yang
nantinya akan tercermin dalam kehidupan kita sehari – hari walaupun ramadhan
telah berlalu.
Setiap
iktibar dari bulan suci ramadhan kita harapkan mampu mendedikasikan kita semua
agar lebih produktif juga di luar bulan ramadhan, karena itulah esensi dari
puasa yang mabrur.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memang segala sesuatu harus diketahuai ilmunya dan
dasar-dasar yang mendasari sesuatu hal,sehingga seseorang akan mau dan mampu
mempelajari dan mengamalkan sesuatu hal lebih banyak dan dengan baik seperti pula
puasa, maka seseorang itu akan melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh kalau
tahu manfaatnya dan hukum-hukum yang mendasari sebuah amalan. Jadi jadikanlah
bulan suci Ramadhan ini sebagai bulan untuk berprestasi seperti halnya
Rasulullah saw.
Para sahabat dan
orang-orang saleh sebagai bulan untuk berprestasi kepada Allah.
Jangan sia-siakan kesempatan terbaik ini karena kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Allah Swt. Bulan Ramadhan merupakan hadiah besar yang langsungsung dberikan Allah . Bagi umat islam sebagai sarana penyucian diri, Insya Allah,orang termalangpun bias sukses apabila melaksanakan puasa dengan baik dan benar. Oleh karena itu segeralah mengejar ilmunya dan amalkan dengan sungguh-sungguh.
Jangan sia-siakan kesempatan terbaik ini karena kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Allah Swt. Bulan Ramadhan merupakan hadiah besar yang langsungsung dberikan Allah . Bagi umat islam sebagai sarana penyucian diri, Insya Allah,orang termalangpun bias sukses apabila melaksanakan puasa dengan baik dan benar. Oleh karena itu segeralah mengejar ilmunya dan amalkan dengan sungguh-sungguh.
B.Saran
Adapun
saran yang bisa penulis berikan :
1.
Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam
makalah ini harap bisa meluruskannya.
2.
Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur
yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih
menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
o
Gymnastiar,Abdullah KH (2002). Aa Gym dan
Fenomena Daarut Tauuhiid. Bandung:
Mizan
o
assunnah.tuntunan.ibadah.ramadhan/15657500
diakses tanggal 15 Agustus 2010
o
muhammad-zainuddin/hukum-hukum-yang-berkaitan-dengan-puasa-ramadhan/419704869350
diakses tanggal 15 Agustus 2010
o
Drs. H. Amir Abyan, MA dkk. Fiqih. Semarang. 1997
silahkan di klik semoga benrmanfaat http://raihilmugenggamlahdunia.blogspot.com/2016/10/akhirnya-ronaldo-masuk-agama-islam.html
BalasHapus